Fenomena Vaping Bocah

fitting

Vape rakitan dari fitting lampu (dok: Jawa Pos)

Baru-baru ini sebuah kejadian cukup menghebohkan terjadi di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Sebanyak 16 pelajar kelas VI SD dipergoki gurunya sedang vaping (mengisap rokok elektrik) beramai-ramai di kelas.

Sang guru tentu saja kaget karena alat-alat yang dipakai murid-muridnya ini tak lazim. Mereka menggunakan vape modifikasi yang dirakit sendiri dari fitting lampu. Peralatan yang dipakai pun bikin geleng-geleng kepala, yakni fitting lampu, kapas, macis (korek api gas), dan liquid (cairan rokok elektrik) yang terkadang diganti dengan minyak angin.

Fitting lampu berfungsi sebagai pengganti RDA (Rebuildable Dripping Atomizer) seperti yang ada pada rokok elektrik. Bagian tembaga fitting dipakai untuk memanaskan kapas. Saat macis dinyalakan, bagian tembaga akan memanas dan membuat kapas yang telah dibasahi menghasilkan uap.

Mereka vaping beramai-ramai secara bergantian. Menurut pengakuan inisiator vaping itu, ia mengetahui cara pembuatan vape fitting dari seorang teman yang bersekolah di salah satu SMP. Dia sering didatangi oleh anak tersebut sehingga lama-lama tertarik untuk mencoba.

Ia diajari bahkan diberikan liquid secara gratis. Si bocah kemudian membagikan ‘ilmu’ yang didapatkannya kepada teman-teman sekelasnya. Alasannya klise, agar terlihat keren di hadapan teman-temannya.

Umumnya para pelajar ini tertarik dengan aroma liquid vape. Menurut pengakuan mereka, sensasi aroma yang mereka rasakan adalah permen yang wangi. Begitulah cara mereka mendapatkan sensasi yang hampir sama dengan rokok elektrik dengan sederhana dan murah.

Soal dampak buruknya tentu saja mereka tidak tahu sama sekali. Padahal, vaping apalagi dengan menggunakan alat-alat seperti itu dampaknya bisa lebih berbahaya dari rokok. Tak hanya tar dan nikotin, sejumlah zat berbahaya bahkan narkoba bisa masuk ke liquid vape.

Radang Mematikan

Sebuah studi yang dilakukan University North Carolina (UNC) di Amerika Serikat menemukan bahwa vaping dapat memicu respons kekebalan unik di paru-paru. Akibatnya bisa terjadi penyakit radang mematikan.

Vaping akan meningkatkan jumlah netrofil di saluran napas. Jumlah netrofil yang tidak terkendali akan menimbulkan peradangan paru-paru, seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) and cystic fibrosis. COPD adalah salah satu penyebab utama kematian di AS.

Ada juga produk vape yang mengandung formaldehyde. Zat ini adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Dalam beberapa merek, kandungan senyawa ini melebihi jumlah maksimal yang direkomendasikan untuk manusia.

Paling memprihatinkan adalah vaping membuat anak-anak kecanduan sejak masih belia. Anak-anak ini seharusnya mengisi hari-harinya dengan keceriaan bersama teman-temannya. Namun kecanduan vape sangat berpotensi mengarahkan mereka ke petualangan-petualangan yang lebih berbahaya, yaitu narkoba.

Dari kejadian ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita. Pertama, anak-anak yang dicekoki dengan vape ini bukanlah suatu fenomena yang alamiah. Patut diduga ada bandar narkoba yang bermain.

Vape sebenarnya hanyalah pintu masuk. Dengan kata lain, vape modifikasi itu merupakan sarana sosialisasi pemakain zat ke tingkatan yang lebih parah menuju sabu maupun ganja. Cara mereka vaping pun sudah sangat mirip dengan orang nyabu.

Para penjahat ini lihai benar mencari calon mangsa yang potensial. Mereka memilih kandidat yang bisa menyebarkan pengaruh kepada anak-anak lainnya. Si anak juga akan dijadikan kaki-tangan untuk distribusi narkoba di kemudian hari.

Teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak. Havinghurst (Hurlock, 1978) mendefinisikan kelompok teman sebaya sebagai suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak bersama-sama. Pengaruh kelompok sebaya ini dapat berupa positif maupun negatif. Nah, yang perlu diwaspadai adalah pengaruh negatifnya.

Kedua, metode vaping ‘nyeleneh’ mereka berasal dari sumber yang tak terkontrol. Mereka tidak hanya belajar langsung dari orang lain. Ada banyak sekali tutorial membuat vape dari fitting lampu di situs berbagi video youtube.

Bagi anak-anak zaman sekarang akses terhadap internet sudah tak ada batasan. Selain dari ponsel pintar, mereka bisa mengakses internet melalui warnet. Berdalih mencari materi pelajaran yang disuruh guru, si anak justru berselancar mencari ilmu-ilmu ‘nyeleneh’. Tanpa adanya informasi yang cukup mengenai dampak buruknya, si anak mudah terjebak.

Ketiga, perlu ada pengawasan yang lebih ekstra baik para orang tua maupun guru di sekolah. Pembawa pengaruh buruk terhadap anak sebagian besar bukanlah orang-orang asing melainkan yang memiliki kedekatan dengannya. Tidak kalah penting adalah perlunya upaya meningkatkan ketahanan diri si anak dalam menolak narkoba.

Ketahanan Diri

Sebuah pemetaan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa ada korelasi antara ketahanan diri remaja dengan kemampuan menolak narkoba. Temuan dalam Pemetaan Ketahanan Diri Remaja terhadap Narkoba (2018) itu menangkap fenomena yang terjadi pada remaja awal hingga remaja akhir.

Ketahanan diri terhadap narkoba didefenisikan sebagai daya tahan seseorang terhadap dorongan, keinginan, atau pengaruh untuk menyalahgunakan narkoba. Dengan kata lain, konsep ini merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri, menghindar dan menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba.

Ada 3 aspek ketahanan diri yang dimiliki seseorang yaitu regulasi diri, assertiveness, dan reaching out. Adapun kaitan ketahanan diri remaja dengan penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan faktor individu, keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Temuan dari pemetaan tersebut menunjukkan remaja yang hidupnya bahagia memiliki ketahanan diri yang tinggi. Sebaliknya, remaja yang pernah mengalami penyalahgunaan zat (subtance abuse) memiliki ketahanan diri lebih rendah dibandingkan yang tidak pernah mengalaminya sama sekali.

Faktor individual lain yang berpengaruh adalah prilaku merokok di kalangan anak dan remaja. Remaja yang tidak merokok memiliki ketahanan diri yang jauh lebih baik dibandingkan anak seusianya yang merokok. Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa vape dan rokok menjadi pintu masuk ke penyalahgunaan narkotika.

Keluarga juga memiliki peranan penting dalam menumbuhkan ketahanan diri remaja. Frekuensi berkomunikasi orang tua dengan anak yang perlu lebih intens, pengasuhan orang tua yang demokratis, serta hubungan yang hangat menjadi hal penting dalam membuat remaja memiliki ketahanan diri yang tinggi.

Pola asuh demokratis memiliki ketahanan diri yang lebih tinggi dibandingkan pola asuh lainnya. Hubungan orang tua-anak yang hangat menjadikan remaja memiliki ketahanan diri yang lebih baik dibandingkan hubungan yang biasa saja dan apalagi yang hubungannya dingin.

Adapun temuan di lingkungan masyarakat, anak di kawasan tertib ronda atau siskamling lebih tangguh menolak narkoba dibandingkan yang tidak. Remaja yang di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada pengguna narkoba juga lebih tahan dibandingkan yang rawan. Sebagai tindakan preventif sebaiknya dibuat media peringatan bahaya narkoba, penyuluhan narkoba, serta memperbanyak aktivitas warga yang positif.

Terakhir, faktor keamanan di lingkungan sekolah. Menurut temuan tersebut, remaja yang sekolahnya ada petugas keamanan memiliki ketahanan diri lebih tinggi dibandingkan yang lain. Selain itu, sekolah yang pernah mengadakan penyuluhan narkoba memiliki siswa dengan ketahanan diri lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah sama sekali.

Sekali lagi, upaya pencegahan jauh lebih baik daripada penanggulangan. Selamatkanlah masa depan anak-anak kita dari ancaman-ancaman nyata yang ada di depan mata seperti vape, rokok, miras, maupun narkotika. Jangan sampai terjadi fenomena lost generation.

| Esdras Idi Alfero Ginting S.Sos | IG: @esdrasidialfero | 
Tulisan ini dimuat di Harian Waspada Medan, edisi Rabu 4 Desember 2020

Download versi e-paper di sini

Leave a comment